Abdul Kahar Mudzakkir, Pejuang dan Cendekiawan yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Abdul Kahar Mudzakkir, Pejuang dan Cendekiawan yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Pahlawan Abdul Kahar Mudzakkir. (Foto : Istimewa)

HARIANRIAU.CO - Joko Widodo (Jokowi) memberikan anugerah gelar pahlawan nasional 2019 ke beberapa pejuang bangsa di Istana Negara, Jakarta. Keputusan penganugerahan gelar pahlawan nasional itu tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK tahun 2019 tertanggal 7 November 2019.

Tokoh yang diberi anugerah pahlawan nasional tersebut salah satunya adalah almarhum Prof KH Abdul Kahar Mudzakkir. Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, Jumat (8/11/2019), ia adalah perintis Universitas Islam Indonesia (UII) dan sempat memimpin kampus tersebut pada 1948-1960. Tokoh Islam yang pernah menjadi anggota BPUPKI ini pula dikenal sebagai salah satu cendekiawan muslim.

Prof KH Abdul Kahar Mudzakkir sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kota Gede, Yogyakarta. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya ke berbagai pesantren-pesantren yang di Pulau Jawa. Abdul Kahar Mudzakkir melanjutkan pendidikannya ke Kairo pada 1925.

Ketika belajar di Kairo, Abdul Kahar Mudzakkir dikenal amat aktif di kegiatan kemahasiswaan. Ia pernah menjadi anggota Organisasi Sosial Mahasiswa Indonesia di Kairo. Organisasi inilah yang memiliki Jurnal Seruan Azhar, suatu suborganisasi yang kemudian menjadi media penting bagi penyebaran pesan pembaruan Islam dan penggalangan persatuan Islam dari Kairo ke dunia Islam Asia Tenggara.

Pada 1938, Kahar Mudzakkir kembali ke Indonesia. Ia mulai mengajar di Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta. Kemudian beliau bergabung dan aktif di Muhamamdiyah yang menekankan perjuangannya di sektor pendidikan. Terbukti saat pecahnya perang dunia II, beliau menduduki pimpinan pada Organisasi Pemuda dan Bagian Kesejahteraan Sosial.

Di bidang politik nasional, laki-laki yang lahir di Yogyakarta pada 1907 ini pernah menjabat wakil ketua di Departemen Agama. Selain itu, ia menjadi salah satu komisaris Partai Islam Indonesia (PII) hingga 1941.

Dua bulan menjelang kemerdekaan, ia menjadi anggota BPUPKI. Ia ikut menandatangani “Piagam Jakarta”, mukaddimah tidak resmi UUD 1945.

Kahar Mudzakkir merupakan cicit Kiai Hasan Bashari, seorang guru agama dan salah satu seorang komandan laskar Pangeran Diponegoro ketika berperang melawan Belanda 1825-1830.

Kahar Mudzakkir tutup usia pada 2 Desember 1973 di Kota Gede, Yogyakarta karena serangan jantung dalam usia 65 tahun.

Sumber : okezone.com | ragil

Halaman :

#Sejarah

Index

Berita Lainnya

Index