Aktivitas Pemerintahan di Palu Lumpuh

Aktivitas Pemerintahan di Palu Lumpuh
Situasi sebuah kampung di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah, yang nyaris rata dengan tanah akibat gempa bumi 28 Sept. 2018. (

HARIANRIAU.CO - Kendati aktivitas perekonomian rakyat sudah mulai bergerak terutama di pasar-pasar tradisional dalam Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), namun kegiatan pemerintahan di ibu kota provinsi itu masih lumpuh total, hingga Jumat (5/10).

Dengan demikian, sudah tujuh hari atau sudah seminggu kegiatan Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Sulteng lumpuh total, sejak bencana terjadi Jumat (28/9). Hal yang sama juga terjadi di Pemerintahan Kota (Pemkot) Palu, sampai Jumat, masih lumpuh dan belum ada kegiatan pelayanan pemerintahan.

Pantauan SP, Jumat, kantor gubernur Sulteng dan juga kantor wali kota Palu, yang berada di jantung ibu kota provinsi itu, belum ada aktivitas sama sekali. Kedua kantor induk pemerintahan itu masih tutup total. Tak ada satu pun aparat sipil negara (ASN) yang terlihat di sana.

Informasi yang diperoleh menyebutkan, para ASN tersebut sebagian besar telah menjadi korban gempa dan tsunami dasyat yang menelan korban tewas lebih dari 1.400 orang (angkat sementara) dan ratusan lainnya masih hilang. Karena menjadi korban bencana, para ASN itu pun tak bisa melaksanakan tugas-tugasnya sebagai abdi negara.

Bahkan, dilaporkan  banyak  ASN yang mengungsi ke luar daerah karena berkembang isu akan ada bencana yang lebih besar dan membuat Palu bisa tenggelam. “Sebagian dari ASN itu juga sudah pada minggat mengungsi ke luar dari Kota Palu, karena mereka ketakutan bahwa katanya akan terjadi bencana alam yang lebih besar,” kata Mahmud, seorang warga Palu.

Informasi lain menyebutkan, para ASN yang ada di kantor gubernur, wali kota, maupun dinas-dinas instansi, banyak yang ikut terjun sebagai relawan untuk membantu keluarga mereka yang menjadi korban tsunami.

Data dari Posko Informasi Gempa Tsunami Sulteng di Palu menyebutkan, sebagian dari korban gempa adalah berstatus ASN baik yang bekerja di lingkungan Pemprov Sulteng maupun Kota Palu.

Para ASN itu, kata Andi Miswar Arman, Koordinator Posko, ada yang kehilangan istri, suami, anak, ponakan, dan saudara-saudara mereka lainnya.

“Para ASN itu memang tidak bisa lagi konsentrasi bekerja, karena mereka sedang berupaya mencari dan menyelamatkan keluarga-keluarga yang tertimpa bencana,” kata Andi Miswar kepada SP, Jumat.

Selain kantor-kantor pemerintah, kantor perbankan dan pusat-pusat pertokoan modern di Palu juga belum ada yang buka. Semua masih terkunci rapat, tak ada kegiatan apa pun.

Geliat ekonomi yang terlihat mulai ramai justru pasar-pasar tradisional seperti Pasar Inpres Masomba dan Manonda Palu. Di kedua pasar ini, terlihat para pedagang mulai berjualan sayuran, cabe, tomat, bawang merah dan lainnya. Sejumlah warung makanan juga mulai buka.

Sementara itu, distribusi bantuan makanan dan minuman yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini belum berjalan sebagaimana diharapkan. Masih banyang warga pengungsi yang belum menerima bantuan.

“Makanan masih terbatas di posko-posko induk seperti di Korem 132/Tadulak dan Lapangan Vatulemo Palu. Tapi di wilayah-wilayah kelurahan di mana banyak warga yang mengungsi di lapangan-lapangan depan rumahnya, belum mendapatkan bantuan, dan mereka kehausan dan kelaparan,” kata John, seorang warga Kancil, Tatura Selatan, Palu.


Sumber: Suara Pembaruan / berita satu

Halaman :

#Tsunami Palu

Index

Berita Lainnya

Index