Mengenal Abdul Karim yang Mengubah Pandangan Ratu Victoria tentang Islam

Mengenal Abdul Karim yang Mengubah Pandangan Ratu Victoria tentang Islam
Abdul Karim sang pembantu Ratu Victoria. (Foto: Christopher Ison/English Heritage)

HARIANRIAU.CO - Penulis Shrabani Basu mengangkat tokoh-tokoh sejarah yang tersembunyi, termasuk Abdul Karim, pria Muslim India yang menjadi orang kepercayaan Ratu Victoria. Bukunya yang berjudul 'Victoria and Abdul' mengungkap hubungan dekat Ratu Inggris dengan Abdul yang menjadi kontroversi di istana dan ditutupi selama lebih dari 100 tahun.

Dia juga telah menulis 'Spy Princess' yang menceritakan tentang perempuan muda Muslim keturunan India, Noor Inayat Khan, yang menjadi mata-mata Inggris dalam Perang Dunia II. Basu mengangkat tokoh-tokoh ini dan memberikan mereka "kehidupan kedua".

"Kehidupan mereka memang terdengar seperti fiksi, tapi semua yang saya tulis adalah fakta. Tidak ada yang saya tambah-tambahi, karena kehidupan mereka sudah sangat dramatis," kata penulis Shrabani Basu saat diwawancara BBC News Indonesia dalam rangkaian Ubud Writers and Readers Festival di Bali, akhir Oktober lalu.

Abdul pertama kali bekerja di rumah tangga kerajaan pada 1887, saat baru berusia 24 tahun dan Ratu Victoria berusia 68 tahun. Menurut Shrabani, kisah Abdul penting karena Abdul mengubah pandangan Victoria tentang Islam.

"Abdul sangat berpengaruh dalam mengubah pandangan Victoria tentang Islam. Sayangnya, Ratu tidak punya kewenangan untuk menentukan kebijakan negara," kata Shrabani.

Para pemeran film 'Victoria and Abdul'. (Foto: Getty Images)

Shrabani menegaskan bahwa hubungan Victoria dan Abdul bukanlah hubungan percintaan antara perempuan dan laki-laki.

"Tapi hubungan mereka memang bukan hubungan biasa. Ratu Victoria sampai belajar bahasa Urdu selama 13 tahun demi Abdul, mereka saling berkirim surat, dan Victoria menyebut dirinya ibu. Tapi kadang suratnya diakhiri dengan ciuman," kata Shrabani.

Dia menyebut bahwa kehadiran Abdul membawa semangat hidup untuk Victoria yang saat itu sudah berusia lanjut dan ditinggal mati suaminya. "Dia memberikan semangat baru, alasan hidup, dan aktivitas baru," kata Shrabani.

Shrabani Basu menemukan sosok Abdul ketika dia sedang melakukan riset buku pertamanya. Sebelumnya, sosok Abdul tak banyak diketahui, berkat upaya rumah tangga kerajaan menutupi keberadaan Abdul. Putra Ratu Victoria, Edward, misalnya, langsung meminta surat apa pun terkait Ratu dan Abdul dibakar. Abdul dan keluarganya juga diusir dari rumah yang diberikan Ratu Victoria kepadanya.

Shrabani pun menelusuri bukti-bukti dan catatan-catatan, hingga dia dapat menyusun cerita lengkap.

Setelah bukunya selesai, pihak Kerajaan Inggris membaca tulisannya dan memberikan beberapa saran perubahan. Shrabani menuruti masukan itu untuk meluruskan beberapa fakta sejarah. "Tapi ketika mereka minta saya mengubah isinya, saya tidak melakukannya," kata dia.

Beberapa saat setelah diterbitkan, ahli waris Abdul pun menghubunginya dan memberikan diari Abdul. Shrabani kemudian merombak bukunya untuk memasukkan suara Abdul. "Saya awalnya tak percaya ketika ada yang mengaku ahli waris Abdul, tapi kemudian mereka membawa bukti-bukti yang sangat menyakinkan. Banyak sekali hal baru yang terungkap dari diari Abdul," kata dia.

Noor Inayat Khan. (Foto: Khan Family)

Perempuan Muslim yang Jadi Mata-Mata Inggris 

Selain Ratu Victoria dan Abdul, Shrabani juga menulis 'Spy Princess', buku otobiografi seorang perempuan India yang menjadi mata-mata Inggris saat perang dunia kedua. Namanya Noor Inayat Khan, perempuan dari keluarga Muslim keturunan Sultan Tipu, salah satu penguasa di India.

Sebelum Shrabani menulis bukunya, belum banyak yang tahu tentang kisah Noor Inayat Khan.

Shrabani "menemukan" Noor ketika dia membaca koran. Di pojok koran tersebut ada foto-foto veteran Perang Dunia II, termasuk foto Noor Khan di pojok, dengan satu kalimat keterangan nama dan bahwa dia mendapat penghargaan George Cross.

Foto itu memicu banyak pertanyaan di kepala Shrabani. "Siapa dia? Dari mana dia berasal? Bagaimana ceritanya? Bagaimana dia bisa terjun ke medan perang? Apakah kisahnya sedramatis kisah Mata Hari? Saya harus mencari jawabannya," kata Shrabani.

Dia pun kemudian mencari informasi lebih lanjut, dan kebetulan, arsip periode tersebut sudah tidak jadi rahasia negara lagi dan dibuka untuk umum. Seluruh kisah Noor pun bisa diungkap melalui dokumen-dokumen tersebut.

"Noor adalah perempuan pemberani. Dia ditawari menjadi mata-mata dengan syarat bahwa dia tidak akan dilindungi, dan kalau tertangkap dia tidak akan diselamatkan, tapi dengan yakin dia menyetujui," kata Shrabani, yang membaca dokumen wawancara Noor sebelum menjadi mata-mata.

Noor sangat cantik, dan itu justru menjadi awal kehancurannya, kata Shrabani.

"Dia dikhianati oleh orang yang cemburu kepadanya, sehingga akhirnya dia ditangkap, dan kemudian dijatuhi hukuman mati," kata Shrabani. Noor ditembak di Dachau, Jerman pada September 1944. Saat itu dia baru 30 tahun.

Meskipun berakhir tragis, mata-mata lainnya biasanya hanya bertahan tiga pekan dalam tugasnya sebelum ketahuan. Noor bertahan 3 bulan. "Jadi sebenarnya dia adalah mata-mata yang jago dalam menjalankan tugasnya," kata Shrabani.

Shrabani mengingat ketika dia membaca arsip-arsip tentang Noor, dia menemukan surat dari saudara laki-laki Noor yang dikirimkan kepada pemerintah Inggris. Surat itu berisi kekhawatiran karena Noor menghilang dan minta izin untuk melakukan pencarian.

Penulis Shrabani Basu mengangkat tokoh-tokoh sejarah yang tersembunyi. (Foto: UWRF)

Keberanian Noor Inayat Khan

Pendidikan Shrabani Basu di jurusan sejarah dan pengalamannya sebagai wartawan mengajarkannya bagaimana meriset arsip.

Selain itu dia juga selalu melakukan riset di lapangan.

"Sebagai wartawan saya tahu saya tidak bisa hanya mengandalkan arsip. Saya harus pergi ke lapangan, bicara dengan keluarga, mencari lebih banyak lagi materi," kata dia.

Shrabani menjelaskan bahwa menulis biografi tokoh-tokoh yang terlupakan ini memberinya kepuasan tersendiri setelah tokoh-tokoh tersebut menjadi dikenal publik.

Victoria dan Abdul telah difilmkan pada 2017 dengan Judi Dench memerankan Ratu Victoria. Meskipun saat difilmkan, kisahnya tak lagi 100% asli, tapi ditambah dengan dramatisir.

"Saya maklum, namanya juga film. Meski demikian saya senang sekali buku saya difilmkan, karena sangat membantu saya secara finansial. Bukunya pun jadi semakin dicari orang setelah filmnya beredar," kata dia.

Namun kepuasan yang lebih tinggi dirasakannya akibat buku 'Spy Princess'.

Karena buku Shrabani, sebuah tugu peringatan dibangun di London untuk mengenang keberanian Noor Inayat Khan. Ada juga kampanye untuk menjadikan wajah Noor diabadikan di mata uang poundsterling Inggris.

"Buku saya difilmkan adalah sesuatu yang luar biasa, tapi ketika saya tahu bahwa pengorbanan Noor kini diketahui dan dihargai, itu adalah kepuasan tertinggi saya sebagai seorang penulis," kata dia.

Halaman :

#Sejarah

Index

Berita Lainnya

Index