Misteri Batu Kalde Pangandaran Tempat Peristirahatan Raja Galuh

Misteri Batu Kalde Pangandaran Tempat Peristirahatan Raja Galuh
Batu Kalde atau Candi Candha Wasi yang berlokasi di Pananjung, Pangandaran selain merupakan tempat peribadatan juga sebagai tempat peristirahatan Raja

HARIANRIAU.CO - Batu Kalde atau Candi Candha Wasi yang berlokasi di Pananjung, Pangandaran selain merupakan tempat peribadatan juga sebagai tempat peristirahatan Raja Galuh Pangauban bernama Maharaja Sanghiyang Cipta atau Prabu Linggawesi.

Candi Candha Wasi itu terdiri dari batu arca sapi yang biasa disebut sapi gumarang berukuran 1x1x0,6 m² dengan tinggi 5 meter mirip berukuran Kijang yang dalam Bahasa Sunda Kalde, dilokasi itu juga terdapat 5 Makam Kuno.

Misteri Batu Kalde Pangandaran Tempat Peristirahatan Raja Galuh

Sejarah tutur memaparkan, kisah arca sapi ini merupakan nisan salah seorang Menteri Pertanian bernama Arya Sapi Gumarang dari Kerajaan Pananjung yang sukses meningkatkan produktifitas pertanian. Untuk mengenang jasanya, maka pada kuburannya dibuatkana arca berbentuk sapi jantan.

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Aceng Hasim mengatakan, publik hanya mengenal Batu Kalde sebagai tempat peribadatan Hindu dan pencarian ilmu.

"Padahal Batu Kalde juga sebagai tempat pemakaman atau peristirahatan akhir Raja Galuh Maharaja Sanghiyang Cipta atau Prabu Linggawesi," kata Aceng.

Misteri Batu Kalde Pangandaran Tempat Peristirahatan Raja Galuh

Dalam Waosan Babad Galuh tersirat, setelah Prabu Linggawesi wafat, jasad beliau disempurnakan di Candi Candha Wasi yang lokasinya terletak di sebuah semenanjung Pantai Selatan.

"Pada Waosan Babad Galuh juga diterangkan, saat prosesi pemakaman di sepanjang jalan dari mulai Ciputrapinggan ke lokasi Candi Canda Wasi rakyat duduk berlapis-lapis memberikan penghormatan terakhir pada Raja," tambahnya.

Keterangan dalam Waosan Babad Galuh merupakan penegasan jika sekitar Abad 14 Candi Candha Wasi merupakan tempat yang dinilai suci dan sakral semasa masyarakat menganut ajaran Hindu.

"Antrean rakyat yang memberikan penghormatan akhir kepada Raja Galuh Pangauban Maharaja Sanghiyang Cipta berjubel-jubel dari puri Keraton yang terletak di Ciputrapinggan hingga Candi Candha Wasi," paparnya.

Pada prosesi pemakaman, bermacam ritual kebudayaan dilaksanakan saking menghormatinya kepada Raja.

"Sebagai tanda kebesaran penghormatan kepada Raja, arak-arakan terjadi mengikuti keberangkatan jenazah, seperti payung asri, payung kembar, dan payung agung," jelas Aceng.

Berkaitan dengan Candi Candha Wasi di Pananjung merupakan lokasi pemakaman Raja Galuh Pangauban maka sebaiknya menjadi perhatian semua pihak.

"Jika memungkinkan, pada momentum ulang tahun Kabupaten Pangandaran yang dirayakan setiap tahun, digelar ziarah ke kompleks Candi Candha Wasi di Pananjung," harapnya.

Aceng mengatakan, Candi Candha Wasi selama ini luput dari tujuan ziarah pada momentum ulang tahun Kabupaten Pangandaran. "Mungkin Candi Candha Wasi luput dari perhatian karena dipandang sebagai tempat peribadatan Hindu semata," pungkasnya.

Halaman :

#Sejarah

Index

Berita Lainnya

Index